Paradoks Kembar Part 5


Suatu ketika saat sang adik sedang menggali tanah untuk menanam sayur-mayur, cangkulnya menghantam suatu benda keras di dalam tanah. Semula sang adik mengira benda keras yang dihantam cangkulnya itu adalah batu yang terkubur di dalam tanah. Namun ketika mencoba mencangkul lagi, bunyi hantaman yang dihasilkan tidak seperti bunyi hantaman cangkul dengan batu, bunyi yang terdengar lebih seperti hantaman logam dengan logam. Merasa penasaran, sang adik pun memanggil sang kakak yang tengah berada di dalam gubuk. Setelah menggali lebih dalam, ternyata benda aneh yang dihantam oleh cangkul sang adik tadi adalah benda berbentuk periuk yang terbuat dari bahan logam, persis seperti periuk tempat memasak nasi. Sang kakak pun berujar, “lumayan bisa kita jadikan sebagai tempat untuk memasak nasi ataupun air”, yang lalu disambut sang adik dengan anggukan kepala pertanda setuju dengan apa yang barusan dikatakan sang kakak. Namun ketika diangkat, bobot periuk tersebut terasa sangat berat, tidak seperti bobot periuk logam kebanyakan, pertanda ada benda yang mengisi bagian dalam periuk tersebut. Semula mereka berdua menyangka periuk tersebut hanya berisi tanah, mengingat mungkin sudah saking lamanya terkubur disana. Namun ketika membuka tutup periuk tersebut, alangkah terkejutnya  mereka berdua melihat isi periuk tersebut. Ternyata periuk tersebut penuh dengan benda kuning berkilauan, yang terdiri dari berbagai macam bentuk ukiran. Diantaranya mereka juga dapati batu-batu biru dan merah yang  berkilauan dan tampak indah sekali. Awalnya mereka berdua ragu, namun pada akhirnya mereka sadar bahwa mereka telah menemukan emas, permata, dan beragam perhiasan lain dalam periuk yang terkubur tersebut. Melihat benda-benda berharga itu, sejenak kedua kakak beradik itu tampak seperti orang yang terkena sihir. Wajah mereka terpukau tidak percaya atas harta karun yang baru saja mereka temukan. Dalam hati sang kakak berujar, mungkin ini adalah balasan dari Tuhan atas segala bentuk penderitaan dan kesedihan-kesedihan hidup yang selama ini mereka rasakan. Tuhan itu melihat, dan suatu saat Dia pasti akan membalas. Periuk berisi perhiasan itu pun langsung mereka bawa masuk ke dalam gubuk mereka.
Info lebih lanjut lihat DISINI.

Keduanya masih heran, beberapa pertanyaan masih berseliweran dalam pikiran keduanya. Mulai dari bagaimana mungkin periuk berisi perhiasan itu bisa berada di tanah yang sedang mereka gali, sampai pertanyaan dari mana asal perhiasan-perhiasan itu. 
“Mungkin saja dahulu tempat ini adalah sebuah pemukiman dan periuk berisi perhiasan ini adalah peninggalan dari orang-orang yang dahulu bermukim disini”, ujar sang kakak. 

Di dalam gubuk, kedua kakak beradik itu membicarakan tentang apa yang harus mereka lakukan terhadap perhiasan-perhiasan itu. Si kakak memberi usul bagaimana jika seluruh perhiasan itu dijual ke pasar, dan uang yang akan mereka dapatkan dari hasil penjualan itu kemudian mereka pergunakan untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Usul sang kakak pun langsung diamini oleh sang adik. Keduanya sepakat, besok pagi-pagi sekali mereka akan pergi ke pasar dan melakukan apa yang sudah mereka rencanakan. Namun ada satu hal yang mereka belum sepakat tentangnya, yaitu perihal siapa yang akan pergi ke pasar dan siapa yang akan tetap berada di ladang menjaga tanaman yang baru mereka tanam dari gangguan hewan perusak dan pemakan tanaman. Setelah berdiskusi panjang lebar, akhirnya disepakatilah bahwa sang kakak yang akan pergi ke pasar menjual perhiasan-perhiasan itu, sementara sang adik tetap tinggal untuk menjaga tanaman-tanaman mereka. 

Keesokan paginya berangkatlah sang kakak menuju pasar. Di sepanjang perjalanan, berbagai macam bentuk kehidupan enak yang bisa ia rasakan dari hasil menjual perhiasan-perhiasan itu terlintas dalam lamunanya. Ia membayangkan bagaimana ia tidak perlu lagi harus membanting tulang hanya untuk bisa makan, sampai wanita cantik manapun pasti tidak akan menolak untuk dipersunting olehnya jika ia memiliki uang banyak dari hasil penjualan perhiasan-perhiasan itu. Di tempat yang berbeda, sang adik juga melamunkan hal yang sama. Iming-iming tentang kehidupan yang lebih baik dari uang hasil penjualan perhiasan itu, sejenak membuat ia lupa akan segala kesedihan dan rasa sakit yang sebelumya ia jalani. Seolah-olah segala kepedihan hidup itu sirna dan ia merasa seperti tidak akan pernah merasakan kepedihan hidup lagi setelah ini. 

Entah siapa yang mengilhamkan dan apa yang terbesit dalam pikirannya, dengan cepat ia kemudian bergegas masuk ke dalam gubuk untuk mengambil sebuah parang dan segera menuju ke hutan untuk mengambil beberapa potong kayu. Ia potong kayu-kayu itu dengan ukuran sedemikian rupa lalu ia runcingkan bagian atasnya dengan parang yang ia bawa, kemudian ia susun berjejer mirip seperti perangkap untuk menangkap babi hutan, namun yang ini sedikit lebih besar. Di tempat yang terpisah pada waktu yang sama, sang kakak berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari orang kaya yang mau membeli perhiasan-perhiasan yang ia bawa. Ada beberapa orang yang tertarik dengan perhiasan-perhiasan itu, namun jumlah uang yang ditawarkan oleh mereka belum terlalu banyak dalam pandangan sang kakak. Ia pun terus berkeliling pasar untuk mencari calon pembeli yang menawarkan uang yang lebih banyak untuk barang berharga yang ia bawa itu. 

Iklan:
Kami Salam Aqiqah Siap Membantu Aqiqah Anak Anda

Komentar